Wednesday, November 6, 2024
HomeHanKamHubungan Kerja Sama Militer Antara TNI Angkatan Laut Indonesia Dan Rusia Sudah...

Hubungan Kerja Sama Militer Antara TNI Angkatan Laut Indonesia Dan Rusia Sudah Terjalin Hubungan Erat

DERAP. ID||Rusia-, Hubungan kerja sama militer antara TNI Angkatan Laut Indonesia dan Rusia sudah terjalin Hubungan Erat.Saat ini meskipun ada ancaman sanksi CAATSA, Indonesia dan Rusia Tengah Mencari Celah untuk Mempererat kerja sama Militer Kedua Negara.

Rusia beberapa waktu lalu mengirim kapal perangnya ke Indonesia dalam Rangka Latihan Militer bersama ASEAN.Pengiriman Destroyer Rusia Ke Negara Indonesia ini berarti banyak dimana Kremlin ingin meningkatkan pengaruhnya di kawasan ini.

Hal ini terpaksa dilakukan Rusia karena pengaruhnya di ASEAN mulai memudar. Negara-Negara pengguna setia Alutsista Rusia macam Indonesia, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Kamboja hingga Laos mulai berpaling.

Yang menyakitkan Negara semacam Myanmar, Kamboja dan Laos mulai membeli alutsista dari Negara China. Padahal Negara China dulu berguru kepada Rusia.

“Meskipun upaya Moskow untuk memperluas pengaruhnya di kawasan ini kurang mendapat perhatian dibandingkan upayanya di Afrika atau Eropa Timur, Rusia diam-diam juga meningkatkan hubungan militer dan keterlibatan diplomatiknya di Asia Tenggara,” jelas Council on Foreign Relations (CFR).

Negara Rusia juga tetap ingin meningkatkan pengaruhnya di Asia Tenggara. Karena cuma negara-negara Asia Tenggara lah yang punya history erat dengan Rusia. Negara Asia Tenggara juga punya kepentingan membeli senjata murah dari Rusia.

Meski saat ini Indonesia mulai mengubah haluan pembelian alutsistanya ke Barat. “Demikian pula, Moskow tidak memainkan peran utama di Asia Tenggara sejak era Perang Vietnam, namun dalam beberapa dekade terakhir negara-negara di kawasan ini semakin beralih ke Rusia untuk mendapatkan senjata yang murah dan dapat diandalkan,” ungkapnya.

Padahal di masa awal-awal kemerdekaan, Indonesia membeli seabrek alutsista dari Rusia atau Uni Soviet kala itu. Pembelian ini mencapai puncaknya pada tahun 1961-1965 dimana semua alutsista Indonesia 90 persen disuplai Soviet.

Bukan cuma alutsista, nyatanya Soviet juga mengirim tentaranya untuk membantu Indonesia melawan Belanda di Irian Barat. Pensiunan kapten kapal selam AL Soviet, Rudolf Viktorovich Ryzhikov mengkisahkan bagaimana ia dan rekan-rekannya diberi tugas rahasia meluncur ke Indonesia.

Rudolf ingat betul pada 30 Desember 1961 ia diperintahkan memimpin sebanyak empat kapal selam Whiskey class dari Vladivostok ke pangkalan utama ALRI di Surabaya, Jawa Timur. “Pada malam tanggal 30 Desember 1961, empat kapal selam Soviet berangkat dari Vladivostok dalam perjalanan panjang.

Misi mencapai Surabaya, pangkalan angkatan laut Indonesia di pulau Jawa dan menyerahkan kapal selam kepada Indonesia berhasil diselesaikan,” jelas Rudlof dikutip dari Dzen pada 10 Oktober 2022.

Rupanya di belakang Rudlof juga ada armada Soviet yang terdiri dari enam kapal selam Whiskey class dan kapal tender kapal selam yang dipimpin perwira tinggi Kremlin Laksamana Muda Anatoly Antonovich Ruluk.

Ruluk merupakan Brigade kapal selam ke-54 AL Soviet. “Pada bulan Juni 1962, enam kapal selam lagi (Proyek 613) dan pangkalan terapung Ayakhta (kapal markas) dikirim ke Indonesia, dipimpin oleh Laksamana Muda Anatoly Antonovich Ruluk,” ungkapnya.

Rupanya sesampainya di Surabaya para pelaut Soviet tak langsung pulang. Mereka diperintahkan komando tinggi militer Soviet yakni STAVKA untuk membantu secara langsung perjuangan militer Indonesia melawan Belanda di Irian Barat.

“Di Surabaya, seluruh kapal yang berawak Soviet dikonsolidasikan ke dalam Brigade Operasional Kapal Selam Angkatan Laut ke-50 (50 Navy Submarine Squadron). Para Pelaut Negara Soviet mengenakan seragam TNI Angkatan Laut (tanpa lencana), dan diberitahu bahwa mereka akan ambil bagian dalam pembebasan Irian Barat,” beber Dzen.

Hal ini dilakukan Soviet karena STAVKA mencium adanya gelagat armada ketujuh US Navy bakal membantu Belanda di Irian Barat. “Selain itu, Panglima Armada ke-7 AS mengumumkan jika terjadi konflik militer antara Indonesia dan Belanda, Angkatan Laut AS akan mendukung sekutu NATO-nya,” jelasnya.

Untung Operasi Jayawijaya Urung dilakukan Militer Indonesia sehingga tak ada nyawa tergadai baik dari Rusia maupun AS dan Belanda di Irian Barat.(@budi_rht DERAP, ID)

panen77

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments