DERAP.ID|| Surabaya,- Pejabat Rusia dan Indonesia mendekor ulang Tugu Peringatan Kapal Selam S-79 KRI Pasopati di Monumen Kapal Selam (Monkasel) yang berada di Surabaya, Jawa Timur sebagai bentuk Salam Ikatan Bilateral.
Sebuah plakat peringatan ditempatkan di Kapal Selam Pasopati buatan Soviet itu yang dihadiri oleh Petinggi Militer Moskow dan Jakarta bersama para Diplomat Rusia.
Kedutaan Besar Rusia di Indonesia melaporkan, upacara dimulai dengan suara lagu kebangsaan Indonesia dan Rusia.
Turut Hadir Dalam Acara Tersebut Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali, S.E,M,M.M,Tr, (Opsla) Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, dan Wakil Panglima Angkatan Laut Rusia Igor Mukhametshin.
Mereka berkumpul di sekitar “S-79 Pasopati” – kapal selam buatan Soviet, yang kini menjadi tugu peringatan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Plakat yang dipasang bertuliskan dalam tiga bahasa, yaitu Rusia, Inggris dan Indonesia bertuliskan, “In the memory hubungan persahabatan Indonesia-Rusia dalam perjuangan untuk keutuhan wilayah Republik Indonesia.”
Kapal selam Pasopati adalah satu dari 12 kapal selam TNI Angkatan Laut yang diberikan oleh Uni Soviet kepada Indonesia pada tahun 1962 saat bangsa ini berjuang untuk menyingkirkan pemerintahan kolonial Belanda dan berperang melawan kelompok ekstremis dan separatis di berbagai daerah.
Kapal itu digunakan oleh Angkatan Laut Republik Indonesia untuk mengangkut senjata dan pasukan Marinir ke Provinsi Irian Barat pada tahun 1962.
Selanjutnya kapal selam itu dibongkar pada tahun 1994 dan dipasang kembali sebagai tugu peringatan di dekat mal pusat di Surabaya.
Meskipun tempat ini cukup populer di kalangan penduduk lokal dan turis, kapal selam asal Soviet itu hanya disebutkan secara singkat oleh pemandu wisata, tanpa tanda resmi di mana pun di sekitar lokasi.
Menurut Vorobieva, fakta bahwa upacara diadakan pada 12 Juni merupakan hak istimewa bagi Moskow.
“Penting bahwa ini terjadi pada Hari Rusia dan menjadi simbol lain dari hubungan, persahabatan, dan kerja sama yang kuat yang mengikat kedua negara kita,” katanya.
“Sangat penting bahwa dalam kondisi geopolitik yang sulit saat ini, teman-teman Indonesia kita tidak berusaha menulis ulang sejarah, tetapi sebaliknya mengingat peristiwa-peristiwa itu, mengingat bagaimana negara kita membantu Indonesia untuk memastikan kemerdekaan, mendapatkan integritas wilayah, dan membangun kenegaraan Indonesia,” lanjutnya.
Pada tahun 1950-an dan 60-an, Uni Soviet memberi Indonesia banyak bantuan militer, termasuk beberapa kapal perang angkatan laut, kapal tanker minyak, pesawat tempur dan pembom, dan membantu bangsa dalam perjuangan kemerdekaan dari penjajah Belanda, serta dalam perjuangannya. melawan separatis dan kelompok ekstrimis di daerah seperti Sulawesi dan Sumatera.
Meskipun mendapat tekanan dari Barat, Indonesia memilih kebijakan independen terkait masalah Ukraina, menolak untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Moskow atau memutuskan hubungan dengan Rusia, serta menolak upaya Barat untuk mengecualikan Rusia dari G20 saat Indonesia menjadi Ketua pada tahun 2022.(@budi_rht DERAP.ID)